ALLah swt berfirman,
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
(ALLah swt) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya
Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun, [Qs. Al-Mulk
(67): 2]
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia
menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya,
[Qs. Hud (11): 7]
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi
sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka
yang terbaik perbuatannya. [Qs.
Al-Kahfi (18): 7]
Mereka yang diuji adalah mereka yang terdaftar
sebagai peserta ujian, yaitu mereka yang mendaftarkan dirinya untuk suatu
yang mereka belum lihat sendiri dengan mata mereka, belum mendengarnya dari
sumbernya langsung yaitu kebahagiaan akhirat (surga)
Ibaratnya, ujian itu adanya di suatu lembaga
(sekolah misalnya) maka hanya yang mendaftarkan sebagai murid sajalah yang
mendapatkan ujian di sekolah itu.
Ujian itu hanya bagi yang mengaku beriman
[Qs. Al-'Ankabut (29): 2-3]
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji
lagi?
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar
dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Hidup ini seluruh apa
yang terwujud dan terjadi itu adalah semuanya Ujian.
Menguji, siapa yang paling baik (prestasi) amalnya. Menguji secara
pembuktian kebenaran "klaim" imannya.
Kebenaran dari pernyataan lisannya, apakah cocok dengan yang ada di
hatinya. Dan kecocokkan itu dibuktikan dengan amal perbuatan.
Itulah SHIDQ.
Karena makna shodaqoh secara luas adalah terkait dengan pembuktian antara
pernyataan iman dengan amal perbuatan.
Sikap
terhadap ujian => Ridho, krn Semua yang dari ALLah swt adalah BAIK
semata.
Qs. At-Taubah (9): 70; Qs. Al-Ankabut (29): 40; Qs. Ar-Rum (30): 9;
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“…dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya
mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri"
Qs. Ali Imron (3): 182; Qs. Al-Anfal (8): 51; Qs. Al-Hajj (22): 10; Qs.
Fushshilat (41): 46; Qs. Qaaf (50): 29;
وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menzalimi
hamba-hamba-Nya.
Kesimpulannya,
كُلُّ مَا قَدَّرُ اللهُ خَيْر
"Kullu maa qoddaruLLaahu khoir.."
Setiap
ketentuan ALLah swt adalah kebaikan semata.
Adapun ketika sampai kepada manusia, jadilah segala peristiwa itu dimaknai
sebagai hal yang menyenangkan dan menyusahkan, sebagai hal yang dinamakan
kebaikan dan keburukan. Al-Khoir dan Asy-Syar atau Al-Hasanah dan Assayyi-ah.
Dana secara umum masyarakat menyebut sesuatu yang tidak sesuai harapan
atau menyusahkan sebagai MASALAH KEHIDUPAN.
Ujian atau Masalah
yang menimpa adalah cara ALLah meningkatkan derajat dan menghapus dosa.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa
Rasulullah SAW berkata ;
مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ،
وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ
يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidak ada satu musibah yang menimpa setiap muslim, baik rasa capek,
sakit, bingung, sedih, gangguan orang lain, resah yang mendalam, sampai duri
yang menancap di badannya, kecuali Allah jadikan hal itu sebagai sebab
pengampunan dosa-dosanya.” (H.R. Bukhari)
YAKINI, bahwa setiap masalah yang terjadi pasti kita sanggup
menjalaninya atau masalah tersebut pasti selesai
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
, لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا
مَا اكْتَسَبَتْ
“Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya, dia mendapat pahala dari kebaikan yang
dikerjakannya, dan dai mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya”. (QS.
Al Baqarah : 286)
Ayat diatas
adalah jaminan dari ALLah bahwa setiap masalah yang diujikan maka kita pasti
sanggup melalui atau menghadapinya, dengan kata lain masalah tersebut pasti
selesai.
Dan
inilah yang sebenarnya sudah kita alami dalam kehidupan kita sejak dulu.
Contoh :
Silakan
diingat-ingat kembali, kita pasti pernah punya masalah, bahkan bisa jadi saat
itu masalah tersebut membuat hati kita jadi sempit, sedih, resah dan
sebagainya.
Dan
saat ini pasti semua masalah tersebut sudah selesai
atau tidak menyempitkan hati kita lagi. Artinya
masalah tersebut sudah berlalu. Nah, bagaimana kita bersikap saat itulah yang
ALLah nilai, jika kita ridho dan sabar maka
menjadi pahala kebaikan tapi jika
dulu kita salah bersikap misalkan dulu jadi frustasi atau marah dan menyimpan
dendam maka hal itu akan menjadi dosa buat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.